Pemikiran Tasawuf Nuruddin Ar-Raniri
Oleh : Septiawadi
Pendahuluan
Seiring perkembangan Islam di Indonesia, ajaran tasawuf tampaknya suatu hal yang tak dapat dipisahkan dari misi Islam untuk membawa manusia menjadi umat yang bertauhid dan mentanzihkan Tuhan. Amalan – amalan agama yang dibawa oleh pengembang Islam menekankan perlunya mengisi kehidupan rohani yang betul – betul dapat dirasakan dan dipikirkan. Sebab dalam pengamalan ibadah agama pada hakikatnya adalah untuk meraih hidup tenang bahagia di dunia dan akhirat. Selain itu juga untuk membersihkan diri dari noda – noda dosa agar ibadah yang dilakukan diterima oleh Allah dan kalau bisa dapat merasakan bahwa diri ini berada dekat dengan Allah.
Bila diri merasa dekat dengan Allah berarti diri tersebut sudah kembali ke fitrahnya. Perlu dipahami bahwa Allah itu maha suci maka syarat untuk dekat dengan Allah harus menyucikan diri terlebih dahulu. Kedua, Allah itu wujudnya immateri maka untuk bisa berdampingan dengan Allah tentu harus meninggalkan aspek lahiriyah yang membelenggu rohani kita. Ini merupakan rumusan yang dipakai kaum sufi dalam menempuh jalan kesufian atau dalam menjalani tarekat.
Sekiranya 2 hal diatas sudah dipenuhi maka tidak ada lagi tabir yang membatasi antara makhluk dengan khalik. Bagi kaum sufi falsafi tidak hanya sebatas demikian tapi juga memahami bahwa Allah dan makhluk merupakan wujud yang satu baik secara lahiriyah dan hakikat. Ketika ini diajarkan dan dikembangkan terjadilah perbenturan dengan kelompok yang tidak harus memahami seperti demikian. Artinya dalam perkembangan tasawuf falsafi tidak saja mengandalkan rasa tapi juga harus dipahami berbarengan dengan penalaran sekaligus.